Pages

DODOL BENGKEL

Posted by Unknown on Friday 24 July 2015

Sekitar tahun 1975-an, Buyung dan keluarga baru saja pindah ke Desa Pasar Bengkel, Perbaungan dari Kabupaten Langkat. Ketika itu Buyung tidak tau apa yang harus dikerjakannya untuk menghidup keluarganya. Ia tidak memiliki lahan untuk bertani atau kemampuan kerja kantoran. Ia pun memutar otak, sampai terfikir olehnya untuk berjaualan dodol. Bersama keluarganya, Buyung memulai usaha berjualan dodol. Kebetulan posisi Desa Pasar Bengkel berada di jalan lintas Sumatera yang selalu ramai. Ia memajang dodol-dodolnya di kedai sederhananya. Pelan-pelan ternyata usahanya ini meningkat. Ia pun merekrut warga sekitar untuk membuat dodol. Inilah yang kemudian menjadi cikal bakal berdirinya ratusan usaha dodol di pasar Bengkel, Perbaungan. Saaat ini tercatat tidak kurang dari 150 IKM (Industri Kecil Menengah) dodol yang berada di Desa Pasar Bengkel. Kios-kios penjual dodol ini berjejer sepanjang 500-an meter disis jalan lintas Sumatera.



Dalam perkembangannya, produk dodol memiliki variasi rasa yang beragam seperti rasa vanili/biasa, rasa pandan, rasa nenas, rasa mangga, rasa durian, atau rasa kacang. Umumnya produk dodol ini dikemas dalam kemasan plastik biasa kemudian dikemas kembali dalam kemasan plastik yang lebih tebal dan diklem dengan hekter. Meski demikian, masih ada yang dikemas dengan menggunakan ”upe” (bagian permukaan dari kulit batang daun pinang yang agak tipis berwarna putih kekuningan), tetapi ada juga yang ditimbang sesuai keinginan pembeli dan dibungkus dengan plastik biasa. Biasanya produk dodol ini dapat bertahan selama 15 hari.

Bahan baku

Bahan baku pembuatan dodol antara lain, tepung pulut putih, santan kelapa, gula serta perasa alami. Pada umumnya tepung pulut yang digunakan merupakan campuran antara pulut siam dan pulut lokal dengan perbandingan 2:3. hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil dodol yang tidak terlalu lengket dan tidak terlalu keras. Sedangkan gula yang digunakan adalah gula merah, kecuali dodol rasa pandan yang menggunakan gula pasir. Usaha dodol secara keseluruhan masih dikelola secara perorangan dan proses produksinya masih bersifat tradisional, mulai dari penyiapan bahan baku sampai pengemasan. Hal ini menyebabkan kapasitas produksinya rendah, ongkos produksi tinggi dan produksinya kurang higienis. Sedangkan untuk dapat menembus pasar ekspor dan bisa bersaing dengan produk jenis makanan ringan lainnya dibutuhkan kualitas produk yang terjamin, ongkos produksi lebih rendah dan ketahanan produk yang lebih lama.

Bagi sejumlah penumpang kendaraan pribadi ataupun bus umum yang melintas di wilayah Kabupaten Serdang Bedagai tak lengkap rasanya, jika belum singgah membeli oleh-oleh untuk keluarga di rumah ataupun sekadar mencicipi makanan khas (kuliner) di Desa Bengkel, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai).

Selain itu tak jarang juga pengendara sepeda motor yang menuju kota turis Parapat (Danau Toba) juga singgah di Pasar Bengkel ini.

Sejak puluhan tahun, Desa Bengkel yang lokasinya persis di jalan lintas Sumatera (jalinsum) memiliki ratusan kios yang menjual makanan khas (kuliner) dodol, keripik, opak yang berasal dari bahan  ketela.
Mengikuti selera pembeli, para pengusaha melakukan terobosan dalam hal pengolahan kuliner khususnya dodol.
“Jika dahulu kita hanya membuat dodol jenis yang biasa tanpa ada variasi rasa dan aroma, maka kini dodol telah memiliki aneka rasa. Itu tergantung bahan campurannya, ada dodol rasa durian, kacang, pandan dan vanili. Begitu juga dengan makanan yang berasal dari ketela, bentuk dan cara pembuatannya juga bertambah variasinya,” bilang Adi Santika pemilik Kios dodol Mentari kepada koran ini, beberapa waktu laku. Harga dodol relatif terjangkau, ada durian, pandan dan nenas. Rasanya cukup menggoda lidah karena bahan yang digunakan asli dan tanpa bahan pengawet.

Disebutkan  Adi lagi, sebenarnya sekarang yang dijual bukan hanya melulu dodol, tetapi termasuk semua jenis maakanan dan minuman ringan. ‘Icon’ Desai Bengkel sebagai tempatnya dodol sudah menjadi image masyarakat khususnya yang kerap melintasi wilayah Jalinsum, baik yang akan menuju ke arah Medan  maupun sebaliknya.

Sementara itu, sejumlah penumpang bus umum ataupun pribadi yang singgah di kios tempat khas kuliner di Sergai mengakui  variasi makanannya banyak dengan harga yang terjangkau, dalam arti tidak ‘mencekiki leher’ seperti di tempat atau lokasi khsusus yang ada di sejumlah daerah. “Harganya terjangkau, sedangkan fasilitas yang bagi pengendara juga disediakan pemilik kios makanan,” ujar Badrul Helmi warga Kota Tebing Tinggi mengaku singgah di Pasar Bengkel untuk membeli dodol rasa durian pesanan istrinya.

{ 1 comments... read them below or add one }

Unknown said...

Mau usaha kuliner kamu makin cepat dikenal? Coba deh kamu gunakan packaging makanan Greenpack. Yakni packaging makanan yang terbuat dari kertas foodgrade aman untuk makanan serta ramah terhadap lingkungan. Lebih lengkap tentang Greenpack dapat Anda temukan di sini http://www.greenpack.co.id/

Post a Comment